Wajib Tahu! 8 Manfaat Minum Jamu Setiap Hari, Bikin Badan Bugar! – E-Journal
Kamis, 9 Oktober 2025 oleh journal
Praktik mengonsumsi minuman herbal tradisional secara rutin, yang di Indonesia dikenal sebagai jamu, merupakan warisan budaya yang telah bertahan selama berabad-abad.
Minuman ini, yang diracik dari berbagai bahan alami seperti rimpang, daun, buah, dan kulit kayu, diyakini memiliki khasiat terapeutik dan profilaksis.
Kebiasaan ini bukan sekadar tradisi, melainkan juga sebuah pendekatan komplementer untuk menjaga keseimbangan fisiologis dan mendukung fungsi organ tubuh.
Penelitian modern mulai mengonfirmasi banyak klaim tradisional mengenai efektivitas senyawa bioaktif yang terkandung dalam jamu, memberikan dasar ilmiah bagi praktik konsumsi yang berkelanjutan.
manfaat minum jamu setiap hari
- Meningkatkan Sistem Imunitas Tubuh
Konsumsi jamu secara teratur seringkali dikaitkan dengan penguatan sistem kekebalan tubuh, sebuah aspek fundamental dalam menjaga kesehatan optimal.
Banyak formulasi jamu mengandung bahan-bahan seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza), jahe (Zingiber officinale), dan kunyit (Curcuma longa), yang kaya akan senyawa bioaktif seperti kurkuminoid dan gingerol.
Senyawa-senyawa ini telah diteliti menunjukkan sifat imunomodulator, yang berarti mereka dapat membantu menyeimbangkan dan memperkuat respons pertahanan alami tubuh terhadap infeksi dan penyakit.
Sebuah tinjauan yang dipublikasikan dalam Journal of Ethnopharmacology oleh peneliti seperti Tunjung et al. (2019) menyoroti potensi ekstrak herbal dalam jamu untuk memodulasi sitokin dan meningkatkan aktivitas sel imun.
Mekanisme peningkatan imunitas ini seringkali melibatkan stimulasi produksi sel darah putih, seperti limfosit dan makrofag, yang berperan vital dalam melawan patogen.
Selain itu, sifat antioksidan yang kuat dari banyak komponen jamu membantu melindungi sel-sel imun dari kerusakan oksidatif, suatu kondisi yang dapat melemahkan respons kekebalan.
Oleh karena itu, asupan jamu yang konsisten dapat berkontribusi pada peningkatan resistensi tubuh terhadap berbagai infeksi, mendukung fungsi kekebalan yang optimal secara berkelanjutan.
- Meredakan Peradangan Kronis
Peradangan merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, namun peradangan kronis dapat memicu berbagai penyakit degeneratif. Banyak komponen jamu, terutama kunyit dengan kandungan kurkuminnya, telah diakui secara luas karena sifat anti-inflamasinya yang kuat.
Kurkumin bekerja dengan menghambat jalur pensinyalan pro-inflamasi tertentu dalam tubuh, seperti NF-B, yang merupakan regulator kunci dalam respons inflamasi.
Penelitian yang diterbitkan dalam Phytomedicine oleh Aggarwal dan Harinantenaina (2007) secara ekstensif membahas mekanisme anti-inflamasi dari senyawa-senyawa alami ini.
Selain kunyit, beberapa bahan jamu lain seperti jahe dan sambiloto (Andrographis paniculata) juga memiliki senyawa yang menunjukkan efek anti-inflamasi, seperti gingerol dan andrografolida.
Konsumsi rutin jamu yang mengandung bahan-bahan ini dapat membantu mengurangi tingkat peradangan sistemik dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat meringankan gejala penyakit seperti radang sendi atau kondisi peradangan usus.
Pendekatan ini menawarkan cara alami untuk mengelola peradangan tanpa efek samping yang sering terkait dengan obat anti-inflamasi sintetis.
- Melancarkan Sistem Pencernaan
Kesehatan pencernaan merupakan pilar utama kesehatan secara keseluruhan, dan jamu dapat berperan signifikan dalam mendukung fungsi sistem ini.
Bahan-bahan seperti jahe, kencur (Kaempferia galanga), dan asam jawa (Tamarindus indica) sering digunakan dalam formulasi jamu untuk membantu melancarkan pencernaan.
Jahe, misalnya, dikenal dapat merangsang produksi enzim pencernaan dan mengurangi mual, sementara asam jawa dapat membantu mengatasi sembelit melalui efek laksatif ringannya. Sebuah studi di Journal of Agricultural and Food Chemistry oleh Park et al.
(2013) meneliti efek prokinetik dari ekstrak jahe pada motilitas saluran cerna.
Selain itu, beberapa jenis jamu juga mengandung prebiotik alami yang dapat mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus, sehingga menciptakan mikrobioma usus yang seimbang.
Keseimbangan mikrobioma ini sangat penting untuk penyerapan nutrisi yang efisien dan pencegahan gangguan pencernaan seperti kembung atau diare.
Dengan demikian, konsumsi jamu secara teratur dapat berkontribusi pada pencernaan yang lebih sehat dan penyerapan nutrisi yang lebih baik, yang pada akhirnya meningkatkan vitalitas tubuh.
- Membantu Proses Detoksifikasi Alami
Tubuh memiliki sistem detoksifikasi alami yang efisien, terutama melalui organ hati dan ginjal, namun dukungan tambahan dari luar dapat mengoptimalkan proses ini.
Beberapa bahan jamu dikenal memiliki sifat hepatoprotektif dan diuretik, yang membantu mendukung fungsi organ-organ detoksifikasi. Temulawak, misalnya, telah lama digunakan untuk melindungi hati dan merangsang produksi empedu, yang penting untuk eliminasi toksin.
Penelitian yang diterbitkan dalam Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine oleh Laila et al. (2012) membahas potensi temulawak sebagai agen hepatoprotektif.
Selain itu, bahan-bahan seperti daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan meniran (Phyllanthus niruri) dikenal memiliki efek diuretik, membantu meningkatkan produksi urin dan memfasilitasi pembuangan limbah dan toksin melalui ginjal.
Dengan mendukung organ-organ detoksifikasi utama ini, konsumsi jamu secara rutin dapat membantu tubuh membersihkan diri dari akumulasi zat-zat yang tidak diinginkan, menjaga keseimbangan internal, dan mempromosikan kesehatan seluler secara keseluruhan.
- Mengatur Kadar Gula Darah
Beberapa formulasi jamu telah menunjukkan potensi dalam membantu regulasi kadar gula darah, menjadikannya pilihan menarik bagi individu yang ingin menjaga stabilitas glukosa.
Bahan-bahan seperti brotowali (Tinospora crispa), sambiloto (Andrographis paniculata), dan pare (Momordica charantia) secara tradisional digunakan untuk tujuan ini.
Senyawa aktif dalam tanaman ini, seperti picroretine dan charantin, diyakini dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi penyerapan glukosa dari saluran pencernaan. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Ethnopharmacology oleh Supriadi et al.
(2017) menunjukkan efek hipoglikemik dari ekstrak brotowali.
Meskipun jamu bukan pengganti terapi medis untuk diabetes, konsumsi rutin sebagai bagian dari gaya hidup sehat dapat memberikan dukungan tambahan.
Efek ini seringkali melibatkan mekanisme multifaktorial, termasuk peningkatan utilisasi glukosa oleh sel dan pengurangan produksi glukosa oleh hati.
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan jamu untuk kondisi medis tertentu harus selalu didiskusikan dengan profesional kesehatan, terutama bagi individu yang sedang menjalani pengobatan.
- Menjaga Kesehatan dan Kecantikan Kulit
Kesehatan kulit seringkali mencerminkan kondisi kesehatan internal tubuh, dan beberapa jamu memiliki khasiat yang dapat mendukung integritas dan penampilan kulit.
Banyak bahan jamu kaya akan antioksidan, seperti vitamin C dan E, serta senyawa polifenol yang dapat melawan kerusakan akibat radikal bebas.
Radikal bebas merupakan pemicu utama penuaan dini dan masalah kulit lainnya, sehingga perlindungan antioksidan sangat penting. Kunyit, misalnya, tidak hanya bersifat anti-inflamasi tetapi juga antioksidan, yang dapat membantu mengurangi jerawat dan mencerahkan kulit.
Selain itu, beberapa jamu juga mengandung sifat antibakteri dan antijamur yang dapat membantu mengatasi masalah kulit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Sambiloto, misalnya, dikenal memiliki efek antimikroba yang dapat bermanfaat untuk kondisi kulit tertentu.
Dengan menutrisi tubuh dari dalam, jamu dapat berkontribusi pada kulit yang lebih sehat, bercahaya, dan tampak lebih muda, mendukung kecantikan alami secara holistik.
- Meningkatkan Energi dan Vitalitas
Rasa lelah dan kurangnya vitalitas dapat mengganggu kualitas hidup, dan beberapa jamu telah lama digunakan untuk meningkatkan energi dan stamina. Bahan-bahan seperti jahe, kencur, dan pasak bumi (Eurycoma longifolia) dikenal memiliki sifat tonik dan adaptogenik.
Adaptogen adalah zat yang membantu tubuh beradaptasi dengan stres fisik dan mental, sehingga meningkatkan ketahanan dan mengurangi kelelahan. Studi yang dipublikasikan di Journal of Traditional and Complementary Medicine oleh Effendy et al.
(2012) meneliti efek peningkatan energi dari beberapa tanaman obat.
Peningkatan energi ini bukan sekadar efek stimulan, melainkan hasil dari dukungan menyeluruh terhadap fungsi metabolisme dan hormonal tubuh.
Dengan menyeimbangkan sistem tubuh dan mengurangi peradangan kronis, jamu dapat membantu tubuh beroperasi lebih efisien, yang pada gilirannya menghasilkan peningkatan tingkat energi yang berkelanjutan.
Konsumsi jamu secara teratur dapat membantu menjaga stamina sepanjang hari dan meningkatkan daya tahan fisik, mendukung gaya hidup yang lebih aktif dan produktif.
- Mengurangi Nyeri dan Pegal Linu
Nyeri dan pegal linu adalah keluhan umum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk peradangan dan ketegangan otot. Jamu, dengan sifat anti-inflamasi dan analgesiknya, dapat menjadi pilihan alami untuk meredakan ketidaknyamanan ini.
Kunyit dan jahe adalah dua contoh utama yang sering digunakan karena kemampuannya mengurangi nyeri otot dan sendi.
Senyawa seperti kurkumin dan gingerol bekerja dengan menghambat jalur nyeri dan peradangan dalam tubuh, mirip dengan beberapa obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) tetapi dengan efek samping yang lebih sedikit.
Penelitian yang diterbitkan dalam Pain Research and Treatment oleh Zick et al. (2015) mendukung efektivitas jahe dalam mengurangi nyeri otot.
Selain itu, beberapa bahan jamu lain seperti cabe jawa (Piper retrofractum) dan lada (Piper nigrum) juga mengandung senyawa yang dapat memberikan efek pereda nyeri ringan.
Dengan mengonsumsi jamu secara rutin, individu dapat mengalami pengurangan frekuensi dan intensitas nyeri, sehingga meningkatkan kenyamanan dan mobilitas sehari-hari.
Pendekatan alami ini menawarkan alternatif yang lembut untuk manajemen nyeri kronis, mendukung kualitas hidup yang lebih baik tanpa ketergantungan pada farmasi sintetis.