Jarang Diketahui! 10 Manfaat Minum Jamu Pahitan, Lancarkan Pencernaan Alami – E-Journal

Rabu, 8 Oktober 2025 oleh journal

Jamu pahitan merupakan salah satu formulasi minuman herbal tradisional Indonesia yang dikenal luas akan rasa pahitnya yang khas.

Minuman ini umumnya diracik dari berbagai jenis tanaman obat yang memiliki senyawa aktif dengan profil rasa pahit, seperti sambiloto (Andrographis paniculata), brotowali (Tinospora crispa), dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza).

Konsumsi jamu pahitan telah menjadi praktik turun-temurun dalam masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai keluhan ringan.

Komposisi spesifik jamu pahitan dapat bervariasi tergantung pada resep tradisional dan tujuan penggunaannya, namun inti dari formulasi ini adalah kandungan senyawa pahit yang diyakini memiliki efek farmakologis.

Senyawa-senyawa ini bekerja secara sinergis untuk memberikan manfaat kesehatan yang beragam, mulai dari meningkatkan fungsi organ hingga mendukung sistem kekebalan tubuh. Penelitian modern mulai menyoroti mekanisme ilmiah di balik khasiat tradisional jamu pahitan.

Jarang Diketahui! 10 Manfaat Minum Jamu Pahitan, Lancarkan...

manfaat minum jamu pahitan

  1. Peningkatan Sistem Kekebalan Tubuh

    Jamu pahitan seringkali mengandung sambiloto (Andrographis paniculata) yang dikenal kaya akan andrografolida, senyawa dengan sifat imunomodulator. Senyawa ini dapat merangsang produksi sel-sel kekebalan tubuh seperti limfosit dan makrofag, sehingga meningkatkan respons tubuh terhadap infeksi.

    Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Ethnopharmacology (misalnya, oleh Sharma et al., 2018) telah menyoroti potensi sambiloto dalam memperkuat pertahanan alami tubuh terhadap patogen.

  2. Detoksifikasi dan Perlindungan Hati

    Beberapa komponen dalam jamu pahitan, seperti temulawak dan sambiloto, memiliki sifat hepatoprotektif yang dapat membantu melindungi sel-sel hati dari kerusakan.

    Kurkuminoid dalam temulawak, misalnya, dikenal sebagai antioksidan kuat yang membantu menetralkan radikal bebas dan mendukung proses detoksifikasi hati. Penelitian oleh Kim et al.

    (2019) dalam Phytotherapy Research mengindikasikan bahwa ekstrak temulawak dapat memperbaiki fungsi hati dan mengurangi peradangan.

  3. Membantu Pencernaan dan Mengatasi Gangguan Lambung

    Rasa pahit pada jamu pahitan dapat merangsang produksi air liur dan sekresi enzim pencernaan, termasuk asam lambung dan empedu, yang esensial untuk pemecahan makanan.

    Hal ini membantu meningkatkan efisiensi pencernaan dan mengurangi masalah seperti kembung atau dispepsia. Selain itu, brotowali yang sering digunakan memiliki efek karminatif dan anti-ulkus, seperti yang dijelaskan dalam beberapa ulasan fitofarmakologi.

  4. Efek Anti-inflamasi

    Banyak bahan dalam jamu pahitan, seperti kunyit dan sambiloto, mengandung senyawa aktif dengan sifat anti-inflamasi yang kuat. Kurkumin dari kunyit adalah agen anti-inflamasi yang telah banyak diteliti, mampu menghambat jalur peradangan dalam tubuh.

    Menurut ulasan oleh Hewlings & Kalman (2017) dalam Foods, kurkumin dapat efektif mengurangi peradangan sistemik dan lokal, memberikan potensi manfaat untuk kondisi inflamasi kronis.

  5. Regulasi Kadar Gula Darah

    Brotowali (Tinospora crispa) adalah salah satu bahan utama dalam jamu pahitan yang telah diteliti potensi hipoglikemiknya.

    Senyawa tertentu dalam brotowali diyakini dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi penyerapan glukosa di usus, berkontribusi pada kontrol gula darah. Studi oleh Singh et al.

    (2012) yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology mendukung penggunaan brotowali dalam manajemen kadar glukosa.

  6. Mengurangi Demam dan Gejala Flu

    Sambiloto secara tradisional digunakan untuk mengatasi demam dan gejala mirip flu, didukung oleh sifat antipiretik dan antivirusnya. Andrografolida, senyawa aktif utamanya, telah terbukti dapat menurunkan suhu tubuh dan menghambat replikasi beberapa virus pernapasan.

    Meta-analisis yang diterbitkan dalam Cochrane Database of Systematic Reviews (misalnya, oleh Poolsup et al., 2004) menunjukkan efektivitas sambiloto dalam meredakan gejala infeksi saluran pernapasan atas.

  7. Potensi Antioksidan Tinggi

    Bahan-bahan seperti kunyit, sambiloto, dan brotowali kaya akan senyawa antioksidan seperti flavonoid, kurkuminoid, dan alkaloid.

    Antioksidan ini berperan penting dalam menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada penuaan serta berbagai penyakit degeneratif.

    Aktivitas antioksidan ini mendukung kesehatan seluler secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan dalam banyak publikasi fitokimia.

  8. Menurunkan Kadar Kolesterol

    Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) telah diteliti potensinya dalam membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Kurkuminoid di dalamnya dapat memengaruhi metabolisme lipid, khususnya dengan meningkatkan ekskresi kolesterol melalui empedu dan menghambat sintesis kolesterol di hati.

    Penelitian oleh Sukandar et al. (2015) menunjukkan bahwa ekstrak temulawak memiliki efek hipolipidemik yang signifikan, mendukung perannya dalam menjaga kesehatan kardiovaskular.

  9. Mengatasi Masalah Kulit

    Sifat anti-inflamasi dan antibakteri dari beberapa komponen jamu pahitan, seperti sambiloto dan kunyit, dapat memberikan manfaat untuk kesehatan kulit.

    Konsumsi jamu ini dapat membantu mengurangi peradangan pada kulit, seperti jerawat atau eksim, dan melawan bakteri penyebab infeksi kulit.

    Meskipun seringkali merupakan manfaat tidak langsung, perbaikan kondisi internal tubuh dapat tercermin pada kesehatan kulit, seperti yang diindikasikan oleh penelitian tentang efek anti-inflamasi sistemik.

  10. Peningkatan Nafsu Makan

    Secara tradisional, beberapa varian jamu pahitan, terutama yang mengandung temulawak, digunakan untuk merangsang nafsu makan.

    Rasa pahit yang unik dan senyawa aktif tertentu diyakini dapat memicu sekresi air liur dan enzim pencernaan, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan keinginan untuk makan.

    Mekanisme ini sering dikaitkan dengan efek tonik pada sistem pencernaan, seperti yang diamati dalam penggunaan etnomedisinal jamu.