Jarang diketahui! 10 Manfaat Menyusui Ibu, Cegah Kanker Ibu – E-Journal
Jumat, 15 Agustus 2025 oleh journal
Laktasi, sebuah proses biologis fundamental di mana seorang ibu memproduksi dan menyalurkan air susu untuk bayinya, merupakan fenomena kompleks yang melampaui sekadar penyediaan nutrisi bagi keturunannya.
Interaksi ini, yang berpusat pada pemberian makan dan pengasuhan, secara inheren dirancang untuk memberikan manfaat timbal balik yang signifikan.
Bagi individu yang menjalani peran keibuan, aktivitas ini tidak hanya mendukung perkembangan optimal bayi tetapi juga memicu serangkaian adaptasi fisiologis dan psikologis yang menguntungkan bagi kesehatan dan kesejahteraan jangka pendek maupun panjang sang ibu.
Pemahaman mendalam mengenai keuntungan-keuntungan ini sangat krusial dalam mengadvokasi praktik menyusui dan mendukung keputusan seorang ibu untuk memilih jalur pemberian nutrisi ini.
manfaat menyusui bagi ibu
- Percepatan Pemulihan Uterus dan Pengurangan Perdarahan Postpartum
Saat menyusui, tubuh ibu melepaskan hormon oksitosin, yang dikenal sebagai "hormon cinta".
Hormon ini berperan penting dalam merangsang kontraksi rahim, membantu rahim kembali ke ukuran pra-kehamilan dengan lebih cepat, sebuah proses yang dikenal sebagai involusi uteri.
Kontraksi yang efektif ini sangat vital untuk menekan pembuluh darah di lokasi plasenta menempel, sehingga secara signifikan mengurangi risiko perdarahan pasca-persalinan yang berlebihan.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menyusui memiliki risiko lebih rendah mengalami atonia uteri dan perdarahan postpartum primer dibandingkan dengan mereka yang tidak menyusui, seperti yang diindikasikan dalam studi-studi kebidanan.
Efek protektif oksitosin ini tidak hanya terbatas pada periode segera setelah melahirkan tetapi juga mendukung pemulihan fisiologis ibu secara keseluruhan dalam masa nifas.
- Penurunan Berat Badan Pasca Persalinan
Produksi ASI adalah proses yang membutuhkan energi substansial. Diperkirakan seorang ibu yang menyusui secara eksklusif dapat membakar tambahan 300-500 kalori per hari, setara dengan aktivitas fisik sedang.
Pembakaran kalori yang tinggi ini dapat membantu ibu dalam mencapai kembali berat badan pra-kehamilan secara bertahap dan lebih efektif dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui.
Meskipun penurunan berat badan mungkin tidak terjadi secara instan atau dramatis bagi setiap individu, studi kohort jangka panjang, seperti yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition, seringkali menunjukkan korelasi positif antara durasi menyusui dan penurunan berat badan yang lebih besar dalam waktu enam bulan hingga satu tahun pasca persalinan.
Ini merupakan manfaat yang signifikan dalam manajemen berat badan jangka panjang.
- Penurunan Risiko Kanker Payudara
Menyusui telah lama diakui sebagai salah satu faktor pelindung paling signifikan terhadap kanker payudara.
Durasi kumulatif menyusui sepanjang hidup seorang wanita berhubungan langsung dengan penurunan risiko ini, di mana setiap 12 bulan menyusui dapat mengurangi risiko sebesar 4% menurut metaanalisis besar yang diterbitkan dalam The Lancet.
Mekanisme protektif ini diyakini melibatkan beberapa faktor, termasuk pengurangan paparan estrogen seumur hidup akibat anovulasi yang diinduksi laktasi, diferensiasi sel payudara yang lebih matang selama menyusui, dan eliminasi sel-sel yang rusak selama proses laktasi.
Manfaat ini berlaku untuk kanker payudara premenopause dan pascamenopause, memberikan perlindungan kesehatan jangka panjang.
- Penurunan Risiko Kanker Ovarium
Selain kanker payudara, menyusui juga terbukti mengurangi risiko kanker ovarium, salah satu jenis kanker ginekologi yang paling mematikan.
Efek protektif ini diyakini terkait dengan supresi ovulasi yang terjadi selama menyusui, yang pada gilirannya mengurangi jumlah siklus menstruasi dan paparan ovarium terhadap fluktuasi hormonal.
Setiap periode menyusui tampaknya berkontribusi pada penurunan risiko ini, dengan penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menyusui memiliki risiko hingga 30% lebih rendah terkena kanker ovarium dibandingkan mereka yang tidak.
Mekanisme ini menyoroti bagaimana intervensi biologis alami dapat memberikan dampak preventif yang substansial terhadap penyakit kronis.
- Penurunan Risiko Diabetes Tipe 2
Wanita yang memiliki riwayat diabetes gestasional atau yang memiliki faktor risiko diabetes tipe 2 dapat memperoleh manfaat besar dari menyusui.
Laktasi dikaitkan dengan peningkatan sensitivitas insulin dan perbaikan metabolisme glukosa, bahkan bertahun-tahun setelah periode menyusui berakhir.
Studi yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine menunjukkan bahwa wanita yang menyusui memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengembangkan diabetes tipe 2.
Manfaat ini sangat menonjol pada ibu yang menyusui selama lebih dari beberapa bulan, menunjukkan bahwa durasi menyusui berkorelasi positif dengan efek protektif ini.
Kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah dengan lebih efisien merupakan keuntungan kesehatan metabolik jangka panjang yang signifikan.
- Penurunan Risiko Penyakit Kardiovaskular
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menyusui dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan kardiovaskular ibu.
Sebuah studi besar yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association menemukan bahwa wanita yang menyusui memiliki risiko lebih rendah untuk mengembangkan penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi di kemudian hari.
Mekanisme yang mendasari manfaat ini mungkin melibatkan efek positif menyusui terhadap profil lipid, penurunan risiko sindrom metabolik, dan pengurangan inflamasi sistemik.
Dengan demikian, menyusui tidak hanya mendukung kesehatan segera tetapi juga berkontribusi pada pencegahan penyakit kronis yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas global.
- Peningkatan Jeda Kehamilan (Kontrasepsi Alami)
Menyusui secara eksklusif dan sesuai dengan kriteria Metode Amenore Laktasi (MAL) dapat berfungsi sebagai bentuk kontrasepsi alami yang efektif hingga enam bulan setelah melahirkan.
Mekanisme ini melibatkan penekanan ovulasi akibat stimulasi hormonal yang terjadi selama seringnya hisapan bayi pada payudara.
Meskipun efektivitasnya bergantung pada kepatuhan yang ketat terhadap kriteria MAL (menyusui eksklusif, bayi di bawah 6 bulan, dan amenore), ini memberikan kesempatan bagi pasangan untuk menjarangkan kehamilan secara alami.
Hal ini mendukung kesehatan ibu dengan memberikan waktu bagi tubuh untuk pulih sepenuhnya sebelum kehamilan berikutnya, serta memungkinkan ibu untuk fokus pada perawatan bayi yang baru lahir.
- Dukungan Kesehatan Mental dan Penurunan Risiko Depresi Postpartum
Hormon oksitosin dan prolaktin yang dilepaskan selama menyusui tidak hanya memfasilitasi produksi ASI tetapi juga memiliki efek menenangkan dan mengurangi stres pada ibu.
Interaksi fisik yang erat dan intim selama menyusui dapat meningkatkan ikatan ibu-bayi, yang merupakan faktor pelindung terhadap depresi pasca-persalinan (DPP).
Beberapa penelitian observasional, termasuk yang dipublikasikan di Journal of Women's Health, menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki insiden depresi pasca-persalinan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak menyusui.
Rasa pencapaian dan koneksi emosional yang mendalam ini berkontribusi pada kesejahteraan psikologis ibu secara keseluruhan.
- Penghematan Ekonomi Keluarga
Secara ekonomi, menyusui merupakan pilihan yang sangat hemat biaya bagi keluarga.
Dengan menyusui secara eksklusif, keluarga dapat menghemat pengeluaran yang signifikan untuk pembelian susu formula, botol, dan perlengkapan terkait lainnya yang dapat mencapai ratusan hingga ribuan dolar per tahun.
Selain itu, bayi yang disusui cenderung lebih jarang sakit karena perlindungan kekebalan yang diberikan oleh ASI, yang berarti lebih sedikit kunjungan ke dokter, resep obat, dan potensi kehilangan hari kerja bagi orang tua.
Penghematan tidak langsung ini semakin memperkuat manfaat finansial menyusui bagi rumah tangga.
- Peningkatan Ikatan Emosional dan Kepercayaan Diri
Proses menyusui memfasilitasi kontak kulit ke kulit yang intens dan tatap muka antara ibu dan bayi, yang sangat penting untuk pembentukan ikatan emosional yang kuat.
Pelepasan oksitosin selama menyusui tidak hanya memicu kontraksi rahim tetapi juga meningkatkan perasaan kasih sayang, kebahagiaan, dan relaksasi pada ibu, memperdalam koneksi afektif.
Keberhasilan dalam menyusui juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kompetensi seorang ibu dalam perannya sebagai pengasuh.
Kemampuan untuk menyediakan nutrisi lengkap dan kenyamanan bagi bayinya secara langsung dapat menumbuhkan rasa pemberdayaan dan kepuasan, berkontribusi pada pengalaman keibuan yang lebih positif secara keseluruhan.