Jarang Diketahui! 6 Manfaat Air Rebusan Kulit Manggis, Kaya Antioksidan! – E-Journal

Jumat, 24 Oktober 2025 oleh journal

Ekstrak yang diperoleh dari perebusan bagian luar buah manggis, yang dikenal sebagai perikarp, telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan dunia.

Cairan ini kaya akan senyawa bioaktif yang memberikan berbagai potensi manfaat kesehatan, menjadikannya subjek penelitian ilmiah yang menarik. Komposisi uniknya mencakup berbagai fitokimia yang berinteraksi dengan sistem biologis tubuh.

Pemanfaatan perikarp manggis melalui proses perebusan memungkinkan ekstraksi senyawa-senyawa penting yang larut dalam air, sehingga menghasilkan minuman yang dapat dikonsumsi.

Pendekatan ini merupakan metode tradisional yang sederhana namun efektif untuk mendapatkan khasiat dari kulit buah tersebut. Studi modern kini mulai mengidentifikasi dan menguji secara ilmiah khasiat-khasiat yang secara turun-temurun dipercaya masyarakat.

Jarang Diketahui! 6 Manfaat Air Rebusan Kulit Manggis,...

manfaat air rebusan kulit manggis

  1. Potensi Antioksidan Tinggi

    Air rebusan kulit manggis kaya akan antioksidan kuat, terutama golongan senyawa xanton seperti alfa-mangostin dan gamma-mangostin. Senyawa-senyawa ini dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam menetralkan radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh.

    Paparan radikal bebas secara berlebihan dapat menyebabkan stres oksidatif, suatu kondisi yang terkait erat dengan penuaan dini dan berbagai penyakit degeneratif.

    Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal seperti Journal of Agricultural and Food Chemistry telah menunjukkan bahwa xanton dari manggis memiliki kapasitas antioksidan yang signifikan, bahkan melampaui beberapa antioksidan umum lainnya.

    Dengan mengurangi beban oksidatif, konsumsi air rebusan ini dapat membantu melindungi sel dari kerusakan, mendukung integritas DNA, dan secara keseluruhan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap agresi lingkungan.

  2. Efek Anti-inflamasi

    Kandungan xanton dalam kulit manggis juga menunjukkan sifat anti-inflamasi yang signifikan.

    Senyawa ini bekerja dengan menghambat jalur-jalur pro-inflamasi dalam tubuh, seperti siklooksigenase-2 (COX-2) dan sintase oksida nitrat yang menginduksi (iNOS), yang merupakan mediator utama respons peradangan. Mekanisme ini membantu mengurangi produksi molekul-molekul pemicu inflamasi.

    Studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology dan Planta Medica telah mengindikasikan bahwa ekstrak kulit manggis dapat meredakan gejala peradangan pada model hewan dan sel, menunjukkan potensinya dalam mengatasi kondisi inflamasi kronis.

    Sifat anti-inflamasi ini sangat relevan untuk pencegahan dan manajemen penyakit seperti radang sendi, penyakit jantung, dan beberapa kondisi autoimun, meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia masih diperlukan.

  3. Dukungan Kesehatan Kardiovaskular

    Konsumsi air rebusan kulit manggis berpotensi memberikan manfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.

    Senyawa antioksidan dan anti-inflamasi di dalamnya dapat membantu melindungi sel-sel endotel pembuluh darah dari kerusakan oksidatif dan peradangan, yang merupakan faktor risiko utama aterosklerosis. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan adanya efek positif terhadap profil lipid.

    Penelitian awal, termasuk yang disajikan dalam Phytomedicine, mengindikasikan bahwa ekstrak manggis dapat berkontribusi pada penurunan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida, serta membantu menjaga tekanan darah tetap dalam batas normal.

    Dengan demikian, air rebusan kulit manggis dapat menjadi bagian dari strategi diet untuk mendukung fungsi kardiovaskular yang optimal, meskipun bukti klinis yang kuat pada manusia masih terus digali.

  4. Potensi Antimikroba

    Kulit manggis telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai agen antimikroba, dan penelitian modern mendukung klaim ini. Xanton, khususnya alfa-mangostin, menunjukkan aktivitas antibakteri dan antijamur yang kuat terhadap berbagai patogen.

    Ini termasuk bakteri gram-positif seperti Staphylococcus aureus dan beberapa jenis jamur penyebab infeksi.

    Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Microbiology dan Fitoterapia telah mengidentifikasi kemampuan ekstrak kulit manggis untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbahaya.

    Potensi antimikroba ini menjadikan air rebusan kulit manggis menarik untuk aplikasi dalam melawan infeksi atau sebagai bagian dari regimen kebersihan. Namun, penggunaannya sebagai terapi infeksi memerlukan validasi klinis lebih lanjut.

  5. Pengelolaan Gula Darah

    Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa air rebusan kulit manggis mungkin memiliki peran dalam pengelolaan kadar gula darah. Senyawa dalam kulit manggis dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, yang merupakan kunci dalam regulasi glukosa darah.

    Selain itu, ada indikasi bahwa ekstrak ini dapat menghambat enzim alfa-glukosidase, yang bertanggung jawab memecah karbohidrat menjadi gula sederhana di usus, sehingga memperlambat penyerapan glukosa.

    Meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan, temuan dari studi preklinis dalam jurnal seperti Journal of Nutritional Biochemistry memberikan harapan.

    Potensi ini menjadikan air rebusan kulit manggis sebagai suplemen yang menarik untuk individu yang berisiko atau sedang mengelola diabetes tipe 2, meskipun tidak boleh menggantikan pengobatan medis standar dan harus dikonsultasikan dengan profesional kesehatan.

  6. Sifat Antikanker Potensial

    Penelitian in vitro dan in vivo telah mengeksplorasi potensi antikanker dari senyawa xanton yang terkandung dalam kulit manggis.

    Xanton dilaporkan mampu menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker, menghambat proliferasi sel kanker, serta menekan metastasis dan angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru yang mendukung pertumbuhan tumor).

    Mekanisme ini menunjukkan aktivitas multifaset melawan perkembangan kanker.

    Studi yang diterbitkan dalam jurnal seperti Carcinogenesis dan Oncology Reports telah menunjukkan efek positif pada berbagai lini sel kanker, termasuk kanker payudara, paru-paru, dan usus besar.

    Penting untuk dicatat bahwa temuan ini sebagian besar berasal dari penelitian laboratorium dan hewan, sehingga aplikasi klinis pada manusia masih memerlukan uji coba yang ketat dan berskala besar untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanannya.